Saksi Kunci E-KTP Tewas, Masih Ingat Kasus Marimutu Manimaren dan Bos Kontraktor Hambalang yang Loncat dari JPO Cawang?

Jangan dekat-dekat dan berurusan sama mafia. Bahaya!
Sepertinya kalimat di atas harus kita camkan baik-baik. Dekat dan berurusan dengan mafia itu ada sisi enaknya. Proyek banyak, uang berputar besar, kalau ada yang mengganggu kita bisa minta tolong mereka untuk bantu ‘mengatasi’, koneksinya luas, punya pengaruh, dan benefit-benefit lainnya. Tapi, begitu kita menjadi ancaman atau bersenggolan dengan mereka wah bahayanya juga besar. Bisa nyawa kita bahkan anggota keluarga seperti anak dan pasangan yang jadi taruhan.
Kita mendengar kabar Johannes Marliem, saksi kunci kasus e-ktp, tewas. Disebutnya sih bunuh diri. Tapi seberapa besar Anda percaya dia betul bunuh diri? Saya sih cuma percaya 10 persen. Itupun kalau benar dia bunuh diri, 99 persen saya yakin pasti ada rangkaian teror yang terus menerus menyerangnya.
Tapi Johannes tewasnya di luar negeri lho…. Lah memangnya mafia yang merasa terusik dengannya nggak punya modal dan kuasa untuk menerornya di luar negeri sana? Ya jangan samakan dengan Anda yang kalau ribut sama orang saking nggak punyanya modal jadi cuma nyindir-nyindir di media sosial saja.
Entah kenapa banyak sekali kejadian di mana orang-orang yang sedang berada dalam lingkaran kasus besar berakhir mengenaskan. Pemberitaan menyebutkan bunuh diri. Tapi ya balik lagi, saya sih nggak yakin itu murni bunuh diri.
Mari kita flashback
Selasa pagi 11 November 2013 Ikuten Sinulingga, Direktur Operasional III PT Wijaya Karya Tbk (Wika), nekat melompat dari Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Halte Transjakarta Cawang Supoyo, Jakarta Timur. Ikuten sempat dibawa ke IGD RS UKI namun akhirnya nyawanya tak bisa tertolong setelah seminggu dirawat.
Muhammad Nazaruddin, menyebut perusahaan konstruksi Wijaya Karya terlibat dalam proyek Hambalang yang saat itu tengah diselidiki KPK dengan membantu PT Adhi Karya dalam menyiapkan uang Rp 100 miliar untuk Anas Urbaningrum.
Saat itu jubir Wika mengatakan Ikuten terpeleset dan mengatakan kejadian itu tidak ada hubungannya dengan kasus Hambalang. Khayal nggak sih orang terpeleset di jembatan sampai seperti itu? Padahal JPO punya pagar pembatas yang akan menahan tubuh orang dewasa andaikanpun mereka terpeleset saat berjalan agar tidak jatuh ke bawah. Kalaupun terpeleset asumsi saya sih cuma mentok terkilir saja atau kalau wanita dengan high heels bisa mengalami patah kaki. Dan saat itu seperti berusaha dibentukkan opini “ini tidak ada hubungan dengan kasus Hambalang“.
Saat itu Minola Sebayang, pengacara yang masih kerabat Ikuten, sempat menyatakan dugaannya ada unsur kriminalitas di balik kasus ini. Sayangnya saat kejadian tidak ada saksi. Bahkan tubuh Ikuten yang jatuh ditemukan sopir taksi yang kebetulan lewat saat itu. Telepon genggam Ikuten hilang saat kejadian itu namun dompetnya utuh.
“Jam tangan yang digunakan Ikuten talinya (dari kulit) putus, namun kacanya tak pecah. Kalau memang loncat, harusnya kaca itu pecah, dan talinya tidak putus. Jam tangan itu terlepas dan ditemukan di dekat korban,”
Mundur ke satu dekade sebelumnya di tahun 2003. Marimutu Manimaren, tokoh Golkar yang juga adik bos PT Texmaco Marimutu Sinivasan, loncat dari lantai 56 Hotel Aston Semanggi hingga mayatnya pun bersimbah darah serta organ tubuhnya ada yang tercecer.
Banyak yang kemudian mempertanyakan, Marimutu benar bunuh diri atau bagaimana? Apakah tekanan karena namanya (bersama dengan Setya Novanto) disebut-sebut Rudy Ramli dalam skandal Bank Bali menjadi motif tindakan nekatnya itu? Untuk pengusaha dan politisi sekelas Marimutu masak sih kasus begini saja bisa meruntuhkan mentalnya?
Jadi Kesimpulannya?
Saya ragu Johannes benar-benar bunuh diri. Melihat semangatnya membuka kasus ini termasuk dengan mengatakan punya rekaman 500 GB segala percakapannya tentulah dia punya nilai tawar tinggi. Seapes-apesnya dia ikut terseret hukumannya bisa diperingan karena dianggap kooperatif sekaligus sebagai justice collaborator.
Sekarang tinggal tergantung apakah kepolisian AS akan benar-benar mendalami kasus ini atau tidak? Apakah 500 GB rekaman yang dimiliki Johannes hilang atau masih bisa ditemukan juga penting untuk ditelusuri. Harapan saya semoga saja KPK sudah punya salinan atau bukti aslinya agar meski Johannes sudah tiada namun prosesnya tetap bisa berlanjut.
Kasus e-KTP, Hambalang, maupun Bank Bali merupakan kasus besar di eranya masing-masing. Saya yakin banyak teror yang dialamatkan ke penyidik maupun mereka yang menjadi tokoh kunci. Seperti di kasus e-KTP ini kita tahu Novel Baswedan juga disiram air keras. Sebenarnya itu adalah peringatan awal saya rasa dari siapapun yang ingin penyidikan kasus ini tak berkembang lagi. Dan saya jadi memahami kenapa Pak Tito dan kepolisian berat. Bukan karena mereka tidak peduli, tapi yang dihadapi ini mafia-mafia yang seperti belut.
Meski bisa jadi kejadian ini mirip seperti meninggalnya mantan pacar Awkarin, Oka, yang meminjam istilah sang ayah ‘collapse by design‘ yang kalau mau diarti-artikan (karena kalau dicari artinya literally nggak ada) semacam suatu tindakan intensional yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menjatuhkan psikis atau mental korbannya sehingga merasa ketakutan, tak berdaya, dan putus asa.
Bisa jadi ada serangkaian teror yang ditujukan secara langsung pada mereka atau keluarganya yang akhirnya menjadi beban. Kalau dalam kasus Oka adalah komentar-komentar dari fans Awkarin yang menudingnya menipu serta beberapa pernyataan Karin dan teman-temannya di media sosial mereka yang menggiring munculnya opini tersebut maka dalam kasus ini triggernya adalah ketidakmauan seseorang atau sekelompok orang yang kejahatannya akan terbongkar jika saksi kunci ini sampai punya kesempatan membuka segala sesuatunya.