Jokowi dan Kemajuan Gerakan Literasi

Peringkat minat baca Indonesia dalam data world’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Indonesia hanya menempati satu peringkat di atas Bostwana, serta berada di bawah Thailand yang menempati peringkat 59. Unesco juga melansir indeks tingkat membaca orang Indonesia yang hanya 0,001. Artinya dari 1000 penduduk, hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Ditambah lagi dengan sulitnya akses terhadap buku-buku yang semakin memperburuk kondisi tersebut.
Berangkat dari kenyataan di atas, dapat kita lihat bahwa kegiatan membaca belum berjalan dengan baik di Indonesia, baik dari segi ketersediaan akses terhadap buku-buku, maupun minat baca masyarakatnya. Padahal membaca merupakan faktor penting untuk meningkatkan mutu pendidikan serta kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Persoalan rendahnya literasi masyarakat Indonesia merupakan kendala serius yang sedang kita hadapi dalam upaya meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia.
Pada era kepemimpinan Jokowi, persoalan literasi ini rupanya menjadi salah satu persoalan yang diperhatikan secara serius oleh pemerintah. Hal ini terbukti dengan dicanangkannya berbagai program sebagai upaya meningkatkan literasi oleh pemerintah, seperti Gerakan Indonesia membaca (GIM), Gerakan Literasi Bangsa (GLB), serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), yang pada saat ini menjadi program wajib yang harus dilaksanakan seluruh sekolah sebelum memulai proses belajar mengajar.
Gerakan Literasi Sekolah, merupakan program yang resmi secara nasional di bawah payung hukum Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penanaman budi pekerti, program literasi ini disebut gerakan karena program ini bukan program jangka pendek tetapi merupakan program jangka panjang yang berkesinambungan dan tidak akan berhenti sebelum literasi membudaya di Indonesia. Selain itu, alasan diberi nama gerakan juga karena program ini membutuhkan orang orang yang terus bergerak dan dinamis untuk terus mau membumikan budaya literasi di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah.
Kemajuan gerakan literasi inilah yang ingin dibahas pada tulisan ini, yang dianggap sebagai salah satu keberhasilan di era kepemimpinan Jokowi. Karena, sedikit banyaknya beberapa program yang dicanangkan pemerintah di atas, menjadi pemantik untuk lahirnya berbagai gerakan-gerakan literasi di seluruh pelosok negeri ini. Bisa kita lihat, dalam satu tahun ini saja, muncul ratusan perpustakaan bergerak di berbagai pelosok daerah yang langsung menemui pembacanya, terutama anak-anak. Perpustakaan bergerak ini muncul dengan beragam bentuk yang sangat kreatif, seperti motor pustaka, bemo pustaka, angkot pustaka, perahu pustaka, vespa pustaka, serta berbagai pustaka bergerak lainnya.
Dalam upaya meningkatkan gerakan literasi ini, baik secara langsung atau tidak Presiden Jokowi memiliki peranan penting. Peran Jokowi secara tidak langsung dalam hal ini bisa kita lihat bahwa Jokowi memosisikan diri sebagai contoh atau bagian dari masyarakat Indonesia yang perlu membiasakan budaya membaca. Hal ini terbukti dalam beberapa kesempatan kita temui Jokowi membeli buku, atau membagi-bagikan buku kepada siswa-siswa dalam berbagai acara.
Tokoh terkenal Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, Ajip Rosidi, Gusdur, Habibie, adalah sederetan tokoh yang literat, mereka membaca sepanjang hidupnya. Karena itu, sebagai orang nomor satu di Indonesia saat ini, sudah semestinya Jokowi memberi teladan seperti beberapa tokoh nasional yang disebut di atas. Dampaknya, jika kita tanyakan kepada siswa-siswa mengenai kesan mereka terhadap Jokowi, sebagian besar menjawab Jokowi adalah Presiden Indonesia yang suka memberi hadiah sepeda atau buku-buku.
Selain dengan beberapa cara di atas, Presiden Jokowi juga menunjukan apresiasinya terhadap pegiat-pegiat literasi di Indonesia. Hal ini terbukti beberapa waktu lalu, dalam rangka memeringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada hari Selasa, 2 Mei 2017, Presiden Jokowi mengundang kurang lebih 38 orang pegiat literasi dari berbagai pelosok daerah untuk berdiskusi di Istana Negara. Pertemuan ini, selain sebagai bentuk apresiasi dari Presiden Jokowi terhadap pegiat-pegiat literasi, juga merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2015.
Sebagaimana kita tahu, pertemuan semacam ini seringkali diadakan pada masa kepemimpinan Jokowi. Semua lapisan masyarakat, mulai dari pejabat, seniman, sampai tukang ojekpun pernah dijamu Jokowi. Hal ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi begitu konsisten dengan kesederhanaan yang melekat pada dirinya. Istana Negara menjadi tempat yang terbuka untuk siapa saja. Sehingga pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, pemandangan yang menarik adalah banyaknya kendaraan-kendaraan sederhana yang di parkir di halaman Istana Negara. Kendaraan ini diantaranya bemo, angkot, motor bebek, serta vespa yang disulap oleh para pegiat literasi menjadi pustaka bergerak. Presiden Jokowi bahkan sempat mengendarai salah satu motor pustaka tersebut, sebagai bentuk penghargaannya terhadap usaha para pegiat literasi.
Selain menyampaikan apresiasi yang luar biasa terhadap pegiat-pegiat literasi, Presiden Jokowi juga menanggapi keinginan-keinginan yang diutarakan pegiat literasi dalam diskusi tersebut. Jokowi juga akan memberikan bantuan sebanyak 10.000 buku bacaan kepada tiap-tiap perpustakaan bergerak ini. Tidak hanya itu, presiden juga menghubungi Menteri BUMN agar ikut mendorong peningkatan program literasi, serta menginstruksikan kepada Direksi PT Pos Indonesia untuk memberikan fasilitas khusus terkait pengiriman buku dengan menggratiskan biaya pengiriman buku pada waktu tertentu.
Apresiasi yang diberikan Presiden Jokowi terhadap pegiat-pegiat literasi di Indonesia merupakan bentuk penghargaan terhadap upaya-upaya kreatif yang telah dilakukan oleh pegiat secara sukarela dalam mendukung gerakan literasi. Hal ini tentu menjadi motivasi bagi para pegiat untuk tetap mempertahankan konsistensinya dalam menumbuhkembangkan minat baca masyarakat serta mendorong lahirnya pustaka bergerak baru di seluruh pelosok daerah Indonesia. Pertemuan tersebut juga menjadi wadah untuk membangun sinergi yang baik antara pemerintah dengan pegiat-pegiat literasi dalam upaya meningkatkan literasi masyarakat Indonesia.
Salah satu realisasi dari janji Presiden Jokowi setelah pertemuan dengan pegiat literasi ini adalah adanya kebijakan baru dari PT. Pos Indonesia, yaitu menggratiskan pengiriman buku ke seluruh pelosok Indonesia setiap tanggal 17. Dengan adanya kebijakan ini, para pegiat literasi serta orang-orang yang ingin mendonasikan buku sampai ke pelosok-pelosok negeri lebih dimudahkan dalam hal biaya dan akses pengiriman.
Dengan berbagai cara yang ditunjukkan oleh Presiden Jokowi, baik secara langsung maupun tidak ini, gerakan literasi ke depannya tentu akan menjadi gerakan masif di Indonesia. Lahirnya kerja sama antara pemerintah dan pegiat-pegiat literasi di Indonesia, tentu saja upaya meningkatkan literasi masyarakat Indonesia akan jauh lebih efektif lagi. Kemajuan gerakan literasi ini memberi harapan besar untuk membebaskan Indonesia dari predikat negara dengan minat baca peringkat kedua terendah, serta menjadi sebuah harapan akan meningkatnya mutu Sumber Daya Manusia, sesuai dengan revolusi mental yang sering dikatakan Presiden Jokowi.
Oleh karena itu, tanpa bermaksud mengenyampingkan prestasi dan keberhasilan lain Presiden Jokowi, baik itu pembangunan infrastruktur jangka panjang, kemajuan ekonomi serta keberhasilan lainnya dalam bentuk fisik, maka keberhasilan non fisik seperti kemajuan gerakan literasi di era Jokowi ini layak disebut sebagai salah satu pencapaian Jokowi dan patut kita acungi jempol.
Sumber: